Andai Juventus tak juara, mungkin AC Milan belum akan berevolusi sevulgar saat ini.
Panggung drama Serie A musim ini telah usai.
Seperti kita tahu, Juventus berhasil menambah satu tanda bintang di
jersey baru mereka. Niatan yang sempat menimbulkan polemik menilik gelar
‘resmi’ La Veccia Signora baru mencapai angka 28. Namun, lupakan
masalah jumlah. Kita tengok apa saja yang telah terjadi di sepanjang
musim yang sempat beberapa kali terhenti akibat cuaca buruk.
Diawali aksi mogok Asosiasi Pemain Italia (AIC) yang
kecewa dengan sikap Lega Calcio, musim dimana Serie A hanya akan
meloloskan 3 tim teratas ke Liga Champion musim depan, persaingan di
papan atas seperti diprediksi berlangsung luar biasa seru. AC Milan yang
nyaris tak merubah skuad juara boleh menyesal dengan keberadaan Milan
Lab. Laboratorium olahraga canggih yang sempat diklaim paling modern di
Eropa tak mampu memberi solusi badai cedera punggawa I Rossoneri. Hampir
sepanjang musim, Massimiliano Allegri tak bisa meramu skuad terbaik.
Untungnya, Zlatan Ibrahimovic masih tak bosan mencetak gol. Ibra,
menjalani musim terbaik dengan gelontoran 28 gol, tiga gol lebih baik
dari rekor semasa di Inter Milan. Apes bagi Ibrakadabra, meski sukses
memecahkan catatan gol semusim Andry Shevchenko dan mengantarkan Milan
menjadi tim paling produktif, scudetto harus terbang ke kota Turin.
Yup, Turin. Kota di bagian utara Italia, telah
berdiri megah stadion anyar. Belum ada nama resmi, Juventus Stadium
menjadi sejarah sepakbola Italia. Juve boleh jumawa. I Bianconeri
menjadi klub Serie A (Italia) pertama yang memiliki stadion sendiri.
Bersama pelatih anyar, Antonio Conte, para punggawa La Signora Omicidi
tak perlu ngontrak ke Olimpico Stadium seperti musim lalu. Rekrutan
mencengangkan datang kala Andrea Pirlo merasa dipinggirkan Allegri,
menerima tawaran Juve. L’architetto secara luar biasa menginspirasi
permainan Si Putih Hitam bersama Claudio Marchisio dan Arturo Vidal.
Trio MVP nyaris tak pernah digeser Conte, meski sang allenatore
berkali-kali mengubah strategi dari 4-2-4, 4-4-2, 4-2-3-1 hingga 3-5-2.
Keseimbangan permainan yang diciptakan Pirlo di lini
tengah Si Nyonya Tua membuat gawang Gigi Buffon jarang mendapatkan
serangan. Total 20 gol menjadi rekor terbaik peraih scudetto di era 20
tim. Secara ball possession, Juve terus memenangi di seluruh 38 partai
Serie A. Menariknya, sosok Alessandro Matri, top scorer klub hanya
mencetak 10 gol. Tentu pameo, tim juara adalah tim yang paling sedikit
menderita gol bakal berlaku di sini. Total gol Juve masih kalah dari AC
Milan, tapi 19 pemain Juve mampu masuk scoresheet. Kolektivitas akan
berbicara di sini.
Sempat nge-drop dari beberapa kali hasil imbang, Juve
patut bersyukur musim lalu hanya menempati peringkat tujuh. Hanya
berfokus di dua ajang (Serie A dan Coppa), Juve tak pernah kehilangan
tenaga di tiap laga. Jika sang juara bertahan, Milan, sempat megap-megap
kehabisan nafas, Juve secara luar biasa mampu melewati hadangan le
magnifiche sette. Sebuah syarat untuk memenangi persaingan bukan?
Persaingan scudetto sebenarnya mengerucut hanya
antara Milan dan Juve saja. Runner up musim lalu, Inter Milan, melakukan
blunder besar saat melepas Samuel Eto’o dan mendatangkan Diego Forlan.
Dikombinasikan dengan ide gila Gian Piero Gasperini, kedatangan Claudio
Ranieri hingga tugas dadakan Andrea Stramaccioni, posisi akhir Il
Biscione di peringkat enam sebenarnya sudah lumayan bagus, mengingat di
awal musim sempat merasakan zona merah. Namun, musim depan, La Beneamata
yang bakal absen dari panggung Liga Champion untuk kali pertama sejak
2001-2002 bisa memiliki masalah besar. Pemain bintang tentu tak mau
datang.
Bicara pemain bintang, di musim ini, sosok Edinson
Cavani dan Marek Hamsik tentu menjadi dua pesohor yang terus menjadi
magnet kuat acap kali jendela transfer dibuka. Dua nyawa Napoli mampu
menyingkirkan Manchester City di fase grup Liga Champion, sebelum harus
menyerah di tangan Chelsea. Walter Mazzarri mungkin bisa mengerti
mengapa Allegri selalu mengeluh dengan banyaknya pemain Milan yang
berlabel cedera. Terbagi fokus ke UCL, Napoli megap-megap di Serie A.
Untung saja, di ajang Coppa, Partenopei mendapat undian lumayan enteng.
Azzurri pun melenggang ke partai puncak, berhadapan dengan Juve, 21 Mei
mendatang di Olimpico. Satu tiket Liga Europa musim depan sudah berada
di tangan. Tapi, tak bermain di Liga Champion, siapa menjamin
bintang-bintang Naples bakal bertahan di San Paolo?
Justru, klub seperti Udinese bisa jadi malah
mendatangkan atmosfer menarik bagi para pemain bintang. Bukan klub kaya,
Friulani terkenal suka melego pemain bintang saat berharga mahal.
Ditinggal Alexis Sanchez ke Barcelona, Antonio di Natale malah sukses
mekencetak gol ke-80 di musim ketiganya sekaligus mengantarkan Zebrette
ke posisi tiga klasemen akhir Serie A. Jika melihat persaingan dengan
Lazio, Napoli serta Inter, Francesco Guidolin pantas diganjar untuk
trofi Oscar del Calcio untuk tahun ini.
Udinese masih menyimpan cerita lain. Pier Mario
Morosini, salah satu pemainnya yang dipinjamkan ke Livorno (Serie B)
mengalami serangan jantung hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhir
saat pertandingan kontra klub asal kelahirannya, Pescara. Cerita hidup
Morosini sangat mengenaskan. Gelandang anggota Azzurrini harus
kehilangan, ibunda, saat berusia 15 tahun. Dua tahun kemudian, ayahanda
menyusul ke alam baka. Morosini harus menghidupi kakak perempuannya,
yang menderita cacat. Serie A, Serie B dan seluruh masyarakat bola
Italia hingga dunia berkabung dan merasa kehilangan dari sosok tangguh
penuh tanggung jawab seperti Morosini.
Musim ini, Serie A juga bakal kehilangan beberapa
legenda. Sang pemenang scudetto, Juve, bakal ditinggal il capitano
Alessandro del Piero setelah pengabdian selama lebih dari 19 tahun.
Sebuah gol di giornata pamungkas kontra Atalanta membuat pesta
perpisahan Ale terasa sempurna. Mengantarkan Juventus ke kasta tertinggi
bumi Italia setelah terpuruk lebih dari setengah dasawarsa pasca
calciopoli, sang legenda hidup nyaris telah memberi semua gelar.
Scudetti ke-30 dengan catatan invincible menjadi catatan terbaik
sepanjang sejarah Serie A. Jauh lebih baik dari rekor Perugia dan AC
Milan saat Serie A masih diikuti 18 peserta serta aturan backpass
memperbolehkan untuk kembali ditangkap para portiere.
Juventus telah berevolusi saat kehadiran Beppe
Marotta. Peremajaan skuad menjadi target utama. Hasilnya, musim ini Juve
berjaya. Mungkin, keberhasilan Juve melecut Milan untuk segera
melakukan hal serupa. Mulai dari kompatriot Del Piero semasa berbaju
hitam-putih, Pippo Inzaghi resmi undur dari dari San Siro. Super Pippo
menyusul Alessandro Nesta, Gennaro Gattuso, Mark Van Bommel hingga
Clarence Seedorf yang memutuskan menyudahi pengabdian bersama Milan demi
regenerasi klub.
Pertanyaan bagi kita, bagaimana nasib Serie A musim depan?
Jika melihat kondisi keuangan klub Serie A yang jauh
dari kata glamour, berharap terjadi mega transfer masuk ke Italia
mungkin bisa menjadi barang langka di sepanjang musim panas nanti.
Imbasnya, hasil di Liga Champion atau Liga Europa musim depan, tentu tak
akan jauh berbeda dengan musim ini, kecuali datang aliran uang masuk.
Jika Thomas DiBenedetto saja masih pelit membangun AS Roma, panggung
Serie A hanya seru dilihat dari dalam saja. Saat bertemu tim-tim semacam
Real Madrid dan Barcelona, orang akan segera bilang, dunia mereka
berbeda.